BCAA untuk Sirosis Hepatik

by : Dr. Martin Leman

        Kerusakan jaringan hati pada sirosis hepatik akan menurunkan fungsinya dalam menyimpan cadangan energi berupa glikogen. Akibatnya, untuk  memenuhi kebutuhan energi dan mempertahankan kadar gula darah, tubuh menggunakan alur metabolisme alternatif, berupa perubahan metabolisme lemak dan protein.

        Gula darah akan dipertahankan melalui glikogenolisis, lipolisis, dan glukoneogenesis. Dampaknya, terjadi degradasi protein yang ada di otot, yaitu asam amino glukogenik, terutama asam amino rantai cabang (branched-chain amino acids / BCAA) yang membentuk alanin melalui proses transaminase. Alanin masuk ke dalam siklus glukosa alanin, menghasilkan glukosa sebagai sumber energi. Singkatnya, kerusakan sel hati akan menurunkan konsentrasi BCAA, karena digunakan sebagai sumber energi.

        BCAA diperlukan pula untuk eliminasi amonia yang meningkat. Eliminasi amonia menjadi glutamin memerlukan glutamat atau asam glutamik, sedangkan BCAA merupakan prekursor glutamat. Ini akan menyebabkan makin menurunnya kadar BCAA. Di sisi lain, asam amino aromatik (AAA) meningkat karena tidak dimetabolisme oleh sel hati yang rusak. Akibatnya rasio BCAA / AAA menurun, dan dapat menyebabkan terjadinya ensefalopati hepatik.

        Terapi nutrisi yang adekuat akan memperbaiki status nutrisi pasien.  BCAA merupakan asam amino esensial yang terdiri dari leusin, isoleusin, dan valin, yang banyak terkandung dalam susu, produk susu, dan makanan nabati. Pemberian BCAA pada sirosis hepatik dengan ensefalopati sub-klinis dapat mencegah ensefalopati yang lebih berat. Suplementasi BCAA juga memperbaiki rasio BCAA / AAA sehingga status protein membaik dan mencegah katabolisme otot. Yoshida dkk (1989) melaporkan pula bahwa asupan protein, lemak, dan karbohidrat yang adekuat, serta suplementasi formula yang diperkaya BCAA pada pasien sirosis hepatik dapat mencegah malnutrisi dan menambah harapan hidup. (ML)

Medical Tribune ed. Feb, thn 2003.

(back to index)