Guru Anak Kita
oleh : Dr. Martin Leman
Walaupun ada yang mengatakan “it takes a village” untuk membesarkan dan mendewasakan seseorang dari anak menjadi orang dewasa, tetap kita tak bisa pungkiri bahwa orang yang paling dekatlah yang paling berpengaruh. Setelah orang tua, siapakah orang dewasa lain yang paling dekat dengan anak ? Tak lain adalah guru sang anak. Dengan kedudukan dan rutinnya seorang guru berada dekat anak, mau tak mau guru ikut menyumbang peran yang besar bagi perkembangan anak. Baik mental, intelektual, kepribadian, sosial, dan lain sebagainya.
Dengan makin banyaknya pengaruh-pengaruh luar yang tidak baik bagi anak dalam hidup sehari-hari , adalah hal yang sangat penting untuk lebih memberi perhatian dalam proses mendidik anak menjadi dewasa. Oleh karena itu, anak benar-benar membutuhkan guru yang dapat memberinya bimbingan, dorongan motivasi, teladan, selain sekedar mengajarkan suatu materi pelajaran. Singkat kata, anak perlu untuk mendapatkan guru yang baik. Tapi masalahnya, bagaimana kriteria “guru yang baik” itu ?
Kebanyakan orang tua cukup puas dengan guru yang dapat menciptakan suasana kelas yang tenang, tertib, pada saat guru mengajar. Atau guru yang memberi nilai cukup bagus untuk ulangan yang diadakan, atau guru yang dituruti segala perkataannya. Akan tetapi jika dilihat lebih dalam lagi, sebenarnya tidaklah mudah jika kita harus mendeskripsikan “guru yang baik”, yang benar-benar bisa membimbing dan menjadi teladan anak dalam hidupnya.
Tenang dan tertibnya suatu kelas, tidaklah terlalu tepat untuk dijadikan patokan keberhasilan seorang guru dalam mendidik anak. Hal ini karena keadaan tenang dan tertib ini bisa disebabkan karena memang muridnya respek dan segan pada sang guru,atau bisa juga murid begitu ketakutan kalau dihukum oleh guru. Sedangkan nilai yang bagus di rapor pun tidak juga bisa menjadi patokan bahwa guru berhasil dalam mengajar muridnya. Ada banyak faktor yang harus dikaji lebih dalam. Apakah nilainya bagus karena gurunya terlalu murah nilai ? atau karena pelajaran yang diberikan terlalu mudah bagi anak seumur itu ? atau memang guru benar-benar berhasil mentransfer ilmunya ke murid ? Dan yang sering terlupa oleh kita semua, nilai yang ada di buku rapor atau kertas ulangan adalah nilai dari benar tidaknya jawaban murid atas pertanyaan guru, bukan nilai dari kepribadian anak, bukan nilai dari kematangan pribadi anak, bukan nilai dari perkembangan mental dan sosial anak.
Kita tentunya ingin bahwa anak kita tidak hanya dididik oleh gurunya dari segi akademik saja, bukan ? Kita semua ingin bahwa anak kita juga diajarkan akal budi yang baik, menjadi anak yang berkepribadian baik dan saleh. Untuk tercapainya hal ini, anak membutuhkan guru yang benar-benar mau membimbingnya, bukan sekedar menjejalinya bahan pelajaran sekolah. Guru yang baik, tidak selalu terpaku dengan materi yang ada di buku saja, melainkan dapat membuat anak mengerti penerapan ilmu dan budi pekerti dalam hidup sehari-hari. Guru yang baik , adalah guru yang benar-benar peduli dan menyayangi anak didiknya, dan akan berusaha semaksimal mungkin demi kemajuan si anak. Guru yang baik adalah guru yang mampu membuat muridnya berusaha lebih baik lagi. Guru yang baik adalah guru yang medapat hormat dan respek dari muridnya, bukan yang membuat muridnya ketakutan.
Bagaimanakah guru anak kita ? Alangkah baiknya bila kita dapat menyempatkan diri untuk mendengarkan bagaimana anak kita memberi komentar terhadap gurunya. Apakah anak kita sungguh-sunggh dididik dan diajar dengan baik oleh gurunya ? Apakah guru anak kita memang mampu untuk membimbingnya ? Apakah guru anak kita dapat memotivasi anak untukbelajar lebih giat ?Cobalah untuk mengenal guru anak kita lebih baik, agar kita tahu bagaimana anak kita dididik. Bukankah semua orang tua menginginkan hal yang terbaik bagi anaknya, termasuk dalam hal pendidikan ?
Majalah 'Anakku' ed.4, thn 2000.